Home » » anekdot sufi

anekdot sufi

Written By Unknown on Minggu, 22 Februari 2015 | Minggu, Februari 22, 2015

Abu Hamid Ahmad ibnu Khadhruya al-Balkhi adalah saorang warga terhormat kota Balkh. Istrinya adalah seorang wanita soleh, putri dari gubernur kota itu. Ia mengunjungi Nisyabur dan meninggal dunia pada tahun 204 H/864 M dalam usia 95 tahun.

Mencari pekerjaan
Suatu kali, scorang lelaki datang menemui Ahmad ibnu Khadhruya dan berkata, "Aku sakit dan miskin. Bimbinglah aku ke jalan yang dapat menghantarkanku keluar dari cobaan ini."

"Tuliskanlah jenis jenis pekejaan yang ada masing-masing pada secarik kertas," jawab Ahmad. " Taruh potongan-potongan kertas itu dalam sebuah kantung, dan berikan padaku."

Lelaki itu pun menuliskan semua jenis pekerjaan dan membawa potongan potongan kertas itu kepada Ahmad. Ahmad memasukkan tangannya ke kantung dan mengambil secarik kertas. Di kertas itu tertulis: pencuri.

"Engkau harus menjadi pencuri," kata Ahmad kepada lelaki itu.

Lelaki itu terkejut dan terheran-heran mendengar ucapan Ahmad. Kemudian ia bangkit dan pergi menemui sekawanan penyamun.

"Aku memimpikan pekerjaan ini," katanya kepada mereka. "Bagaimana aku melakukannya?"

"Hanya ada satu aturan dalam pekerjaan ini," kata mereka kepadanya. "Engkau harus melakukan apa pun yang kami perintahkan."

"Aku akan melakukan apa pun yang kalian perintahkan," katanya meyakinkan mereka.

Lelaki itu tinggal bersama para penyamun selama beberapa hari. Lain suatu hari, sebuah kafilah melintas. Para penyamun itu mencegatnya. Mereka menyerahkan salah seorang anggota kafilah itu - seorang saudagar yang kaya raya - kepada sang anggota baru.

"Gorok lehernya," Perintah mereka.

Lelaki itu ragu. Ia berkata dalam hati, "Raja penyamun ini telah membunuh begitu banyak orang. Lebih baik aku membunuhnya daripada membunuh saudagar ini."

"Jika engkau menginginkan pekerjaan ini, engkau harus melakukan apa yang kami perintahkan," tukas sang raja penyamun. "Kalau tidak, engkau harus pergi dan carilah pekerjaan lain!"

Lelaki itu berkata, "Ya, aku memang harus menjalankan perintah. Tapi perintah Allah, bukan perintah kalian!"

Kemudian ia menghunus pedangnya, membiarkan saudagar itu pergi, dan menebas kepala sang raja penyamun.

Melihat kejadian ini, para penyamun yang lain melarikan diri. Barang-barang milik kafilah itu tetap utuh, dan jiwa si saudagar kaya tadi selamat. Ia memberikan banyak emas dan perak kepada lelaki itu agar bisa hidup mandiri.

***

Salat Seorang Pencuri
Seorang pencuri membobol rumah ahmad ibnu Khadhruya. Ia mencari kesana kemari, namun tidak dapat menemukan apa-apa. Saat ia hendak pergi meninggalkan rumah Ahmad, ahmad memanggilnya, " wahai anak muda , ambilah ember itu dan ciduklah air dari sumur. Berwudulah dan dirikanlah salat. Jika aku mendapat sesuatu, aku akan memberikanya padamu, agar engkau tidak meninggalkan rumahku ini dengan tangan kosong."

Pencuri itu melakukan apa yang diperintahkan Ahmad. Ketika itu hari telah terang, seorang lelaki terhormat dating dan memberikan uang seratus dinar kepada sang syekh (Ahmad).

" ambilah uang ini sebagai imbalan bagi malammu yang engkau lewatkan dengan salat," kata Ahmad pada si pencuri.
Si pencuri kontan gemetaran seluruh badan. Ia larut dalam tangis.

"Aku telah salah jalan," pekiknya. "Baru semalamAku bekerja untuk Allah, dan Dia telah membalasku demikian besar."

Pencuri itu pun akhirnya bertobat, kembali kepada Allah. Ia menolak uang dinar yang diberikan Ahmad, dan kemudian menjadi salah seorang murid Ahmad.

***

Tujuh Puluh Lilin
Suatu kali, seorang darwis bertamu ke rumah Ahmad dan diterima dengan hangat. Ahmad menyalakan tujuh puluh buah lilin.

"Ini tidak menyenangkanku," kata si darwis.
"Sibuk dengan hal hal remeh tidak ada kaitannya dengan sufisme."
"Kalau begitu, pergilah," kata Ahmad, "dan padamkan setiap lilin yang aku nyalakan bukan karena Allah."

Sepanjang malam, si darwis menyiramkan air menaburkan tanah, namun tak satu lilin pun berhasil ia padamkan.

"Mengapa engkau begitu terkejut?" kata Ahmad pada darwis itu keesokan paginya. "Ikutlah denganku, dan engkau akan melihat hal hal yang memang patut membuat takjub."

Mereka pun pergi dan tiba di depan pintu sebuah gereja. Saat para gerejawan Kristen melihat Ahmad bersama temannya, kepala gerejawan mengundang mereka untuk masuk. Ia menyajikan makanan di meja dan mempersilakan Ahmad untuk makan.

"Para sahabat tidak makan bersama para musuh," ujar Ahmad dengan hormat.
"Tawarkan Islam kepada kami," kata sang kepala gerejawan.

Maka, Ahmad pun menawarkan Islam kepada mereka. Tujuh puluh gerejawan, akhirnya menerima Islam.

Malam itu, Ahmad bermimpi. Dalam mimpinya itu, Allah berbicara padanya, "Ahmad, engkau menyalakan tujuh puluh lilin untukku. Kini Aku telah menyalakan untukmu tujuh puluh hati dengun cahaya iman. "

thanks for
1. god
2. om sir
3. friends

0 komentar :

Posting Komentar